Daftar Isi
TogglePendahuluan: CCTV Kini Jadi Kebutuhan Utama Keamanan
Di era modern seperti sekarang, sistem keamanan rumah, toko, hingga kantor sudah tidak bisa dipisahkan dari peran CCTV (Closed Circuit Television). Alat ini bukan hanya berguna untuk merekam kejadian, tetapi juga bisa menjadi bukti penting jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian atau tindakan vandalisme.
Namun, banyak orang masih berpikir bahwa memasang dan menyetting CCTV harus dilakukan oleh teknisi profesional. Padahal kenyataannya, kamu bisa melakukannya sendiri di rumah dengan langkah-langkah yang sederhana dan peralatan yang mudah didapat.
Artikel ini akan membahas secara lengkap cara pasang dan setting CCTV sendiri tanpa teknisi, mulai dari persiapan, pemasangan, hingga menghubungkan CCTV ke HP agar bisa dipantau dari mana saja
Kenapa CCTV Penting untuk Keamanan Rumah dan Kantor
CCTV bukan sekadar alat perekam video. Fungsi utamanya kini sudah berkembang menjadi sistem pengawasan yang bisa membantu:
Mengawasi rumah atau kantor saat kamu sedang tidak di tempat.
Mencegah tindak kriminal seperti pencurian atau vandalisme.
Membantu pengumpulan bukti jika terjadi insiden.
Memberi rasa aman bagi penghuni rumah maupun karyawan.
Statistik menunjukkan bahwa kehadiran CCTV dapat menurunkan angka kejahatan hingga 60%, karena pelaku cenderung menghindari area yang terpasang kamera pengawas. Dengan teknologi CCTV modern yang bisa diakses secara online, kamu bisa memantau kondisi rumah dari mana saja dan kapan saja.
Jenis-Jenis CCTV yang Perlu Kamu Ketahui
Sebelum membeli dan memasang, penting untuk mengenal jenis-jenis CCTV agar kamu bisa memilih perangkat yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan.
🔹 A. CCTV Analog
Jenis CCTV klasik yang menggunakan kabel coaxial untuk mengirimkan sinyal video ke DVR (Digital Video Recorder).
Kelebihan:
Harga relatif murah.
Stabil tanpa gangguan sinyal.
Kekurangan:Butuh banyak kabel.
Tidak bisa langsung diakses lewat internet tanpa perangkat tambahan.
🔹 B. CCTV IP Camera (Digital)
Menggunakan jaringan internet (LAN/Wi-Fi) untuk mengirimkan video ke NVR (Network Video Recorder) atau cloud.
Kelebihan:
Gambar jernih (hingga 4K).
Bisa diakses lewat smartphone atau komputer.
Instalasi lebih mudah.
Kekurangan:Harga lebih tinggi.
Membutuhkan jaringan internet stabil.
🔹 C. Wireless CCTV
Tidak perlu kabel data panjang karena terhubung melalui Wi-Fi.
Kelebihan:
Praktis, cocok untuk rumah tinggal.
Proses pemasangan cepat.
Kekurangan:Tergantung sinyal Wi-Fi.
Rentan gangguan jika jaringan tidak stabil.
💡 Untuk panduan lebih lengkap, baca artikel lanjutan:
💡 Baca juga: CCTV Wireless VS Kabel, Ini Perbedaannya
🧰 Bagian 1: Persiapan Sebelum Pemasangan CCTV
Sebelum memulai, pastikan semua alat dan bahan sudah lengkap. Kesalahan kecil seperti kekurangan konektor atau kabel sering bikin pemasangan terhambat.
1. Alat yang Diperlukan:
Bor listrik dan mata bor beton/tembok 6mm & 8mm
Tang crimp BNC (kalau pakai kabel coaxial RG59)
Obeng plus & minus ukuran kecil
Cutter tajam atau wire stripper
Isolasi listrik warna hitam
Lakban bening atau cable tie untuk merapikan kabel
Tang potong kecil
Test pen atau multimeter (untuk cek arus dan polaritas DC)
Tangga lipat (untuk kamera posisi tinggi)
2. Bahan yang Diperlukan:
Kamera CCTV (analog / IP)
DVR/NVR (sesuai jenis kamera)
Adaptor DC 12V (1A untuk 1 kamera, atau 10A untuk 4–8 kamera)
Kabel coaxial RG59 atau kabel UTP Cat5e/Cat6
Konektor BNC male (2 buah per kamera)
Konektor power DC 12V male/female
Monitor atau TV HDMI/VGA
Mouse dan kabel HDMI/VGA untuk DVR
3. Penentuan Titik Pemasangan
Sebelum menyalakan alat, rencanakan posisi kamera dan jalur kabel.
Gunakan spidol untuk menandai lokasi bor di dinding.
Beberapa tips penting:
Hindari arah kamera langsung ke sumber cahaya (lampu atau matahari).
Pastikan jarak kamera ke DVR tidak lebih dari 100 meter untuk kabel coaxial standar.
Sediakan jalur aman untuk kabel power agar tidak tergencet pintu/jendela.
🔧 Bagian 2: Pemasangan dan Penarikan Kabel CCTV
Langkah ini membutuhkan ketelitian agar hasil gambar tidak gangguan.
Jenis kabel yang paling umum digunakan adalah coaxial RG59 untuk CCTV analog, atau UTP Cat5e/Cat6 untuk CCTV IP.
1. Potong Kabel Sesuai Panjang
Ukur panjang kabel dari DVR ke posisi kamera, tambahkan cadangan ±50 cm untuk pengaturan konektor.
Potong kabel menggunakan tang potong dengan ujung bersih agar mudah dikupas.
2. Kupas Kulit Luar Kabel Coaxial
Gunakan cutter tajam atau stripper coaxial:
Kupas kulit luar kabel sepanjang ±1,5 cm secara melingkar.
Hati-hati jangan sampai melukai serabut tembaga di dalamnya.
Setelah terbuka, singkirkan dan lipat ke belakang serabut ground (tembaga halus) agar tidak menyentuh inti kabel.
3. Kupas Isolasi Dalam
Gunakan cutter secara perlahan:
Kupas lapisan isolator putih sekitar 0,5 cm untuk menampakkan kawat tembaga inti di tengah.
Pastikan kawat inti tetap lurus dan tidak bengkok.
Bersihkan serabut yang mungkin menempel agar sinyal tidak short.
4. Pasang Konektor BNC
Langkah ini penting untuk hasil gambar jernih.
Masukkan bagian ujung kabel ke konektor BNC male hingga rapat.
Pastikan kawat inti masuk ke pin tengah konektor.
Gunakan tang crimp BNC dan tekan kuat sampai pengunci rapat.
Tarik sedikit untuk memastikan konektor tidak longgar.
Ulangi langkah yang sama pada ujung kabel lainnya (ke arah DVR).
🧠 Tips teknisi:
Jika gambar nanti bersemut atau “noise”, besar kemungkinan ground tembaga bersentuhan dengan inti kabel atau konektor belum kencang.
🔌 Bagian 3: Pasang Konektor Power CCTV DC 12V
Setelah kabel video selesai, lanjutkan ke jalur daya (power).
1. Siapkan Kabel Power
Gunakan kabel power ganda (merah & hitam). Jika menggunakan kabel bawaan roll, potong sesuai panjang kamera ke adaptor.
Kabel merah digunakan untuk arus positif (+) dan hitam untuk negatif (–).
2. Pemasangan Konektor DC 12V
Langkah ini sering dianggap sepele, tapi penting untuk kestabilan arus kamera.
Siapkan konektor DC male/female sesuai arah arus (biasanya male ke kamera, female ke adaptor).
Gunakan obeng plus kecil untuk mengendorkan dua sekrup kecil di bagian terminal konektor.
Masukkan kabel merah ke lubang bertanda (+) dan hitam ke lubang bertanda (–).
Pastikan tidak ada serabut tembaga yang keluar atau menyentuh sekrup lain.
Kencangkan kembali sekrup dengan obeng hingga kabel benar-benar terkunci.
Tarik sedikit kabel untuk memastikan tidak mudah lepas.
Bungkus bagian sambungan dengan isolasi listrik hitam agar aman dari lembap atau korsleting.
🧠 Tips teknisi:
Sebelum disambungkan ke kamera, tes dulu polaritas menggunakan multimeter. Pastikan kabel merah terbaca positif (+12V) dan hitam negatif (–). Salah polaritas bisa membuat kamera mati total.
3. Penyambungan ke Kamera
Setelah konektor siap:
Hubungkan konektor BNC ke port “Video In” pada kamera.
Sambungkan konektor DC male ke port power kamera.
Jalankan kabel hingga ke area DVR/adaptor, rapikan dengan cable tie setiap 50 cm agar tidak menjuntai.
4. Uji Awal Power
Sebelum kamera dipasang di dinding:
Colokkan adaptor DC ke stop kontak.
Lihat indikator kamera — jika LED infra merah menyala, berarti power masuk dengan benar.
Bila tidak ada tanda menyala, balik posisi konektor atau cek polaritasnya.
🧱 Sampai di sini, kamu sudah menyelesaikan tahap penting:
Menyiapkan alat & bahan
Menarik dan menyiapkan kabel
Memasang konektor BNC dan DC dengan benar
📸 Bagian 4: Pemasangan Kamera CCTV di Dinding dan Penyambungan ke DVR
Setelah kabel siap dengan konektor BNC dan DC terpasang, sekarang waktunya memasang kamera di lokasi yang sudah ditentukan. Langkah ini menentukan hasil akhir gambar dan sudut pandang kamera.
1. Tentukan Titik dan Arah Kamera
Sebelum mengebor, perhatikan arah pandang dan tinggi kamera.
Gunakan kursi atau tangga untuk memperkirakan sudut terbaik.
Panduan umum posisi kamera:
Untuk halaman atau parkiran, pasang di ketinggian 2,5–3 meter agar tidak mudah dijangkau tangan orang.
Untuk indoor (ruangan dalam), pasang di sudut atas ruangan, sekitar 2,2–2,5 meter dari lantai.
Hindari posisi kamera langsung menghadap lampu atau jendela — karena pantulan cahaya bisa menyebabkan “glare” atau gambar terlalu terang.
Gunakan spidol untuk menandai lubang baut braket kamera di dinding atau plafon.
2. Bor dan Pasang Dudukan (Bracket)
Langkah-langkah teknis:
Gunakan bor listrik dengan mata bor beton ukuran 6mm atau 8mm sesuai jenis fisher (dudukan plastik).
Bor 2–3 lubang sesuai titik tanda yang sudah dibuat.
Masukkan fisher (dudukan plastik) ke setiap lubang, tekan hingga rapat dengan permukaan dinding.
Tempelkan bracket kamera pada lubang fisher, lalu pasang sekrup panjang menggunakan obeng atau bor listrik.
Pastikan dudukan tidak goyang sama sekali, karena getaran kecil bisa membuat hasil gambar blur saat kamera berputar (untuk tipe dome).
🧠 Tips teknisi:
Untuk plafon gypsum, gunakan fisher butterfly (expanding plug) agar dudukan tidak mudah lepas.
3. Pasang Kamera ke Bracket
Setelah dudukan kokoh:
Pasang kamera pada braket dengan mur bawaan.
Arahkan posisi lensa ke area yang ingin dipantau — misalnya pintu masuk, kasir, atau halaman depan.
Kencangkan baut pengunci posisi kamera dengan obeng kecil atau kunci L (tergantung model kamera).
Pastikan sudut pandang mencakup seluruh area penting tanpa terlalu menunduk atau miring.
4. Hubungkan Kabel BNC dan Power ke Kamera
Ambil ujung kabel coaxial dan power yang sudah disiapkan.
Sambungkan konektor BNC ke port “VIDEO IN” di belakang kamera.
Putar konektor hingga terasa “klik” dan tidak mudah lepas.
Sambungkan konektor DC male ke port power kamera.
Pastikan kedua sambungan kuat dan tidak longgar.
Rapikan kabel dengan cable tie atau clip kabel di sepanjang dinding agar terlihat profesional.
🧠 Tips teknisi:
Jika pemasangan di luar ruangan, bungkus konektor dengan isolasi dan lakban bening untuk melindungi dari air hujan dan debu.
5. Penyambungan ke DVR/NVR
Setelah semua kamera terpasang, lanjut ke sisi DVR/NVR di ruang kontrol.
Langkah teknis:
Letakkan DVR di tempat yang kering, berventilasi baik, dan tidak mudah dijangkau orang lain.
Hubungkan ujung kabel BNC dari kamera ke port “VIDEO IN” di DVR (misalnya CH1, CH2, CH3, dst.).
Jika menggunakan kamera IP, sambungkan kabel UTP ke port LAN DVR atau switch jaringan.
Sambungkan semua kabel power ke adaptor 12V — pastikan arus cukup. Misalnya adaptor 10A bisa untuk 8 kamera.
Colokkan adaptor ke stop kontak dengan terminal listrik yang aman (hindari stop kontak longgar).
Hubungkan kabel HDMI atau VGA dari DVR ke monitor/TV.
Sambungkan mouse USB ke port DVR untuk navigasi menu.
💡 Baca juga: Cara Menyambungkan CCTV ke HP : Panduan Lengkap
6. Nyalakan Sistem dan Cek Tampilan Awal
Nyalakan adaptor dan DVR.
Tunggu sekitar 30–60 detik hingga tampilan logo DVR muncul di monitor.
Setelah menu utama tampil, perhatikan apakah semua channel kamera sudah menampilkan gambar.
Jika salah satu kamera belum muncul, lakukan pemeriksaan:
Pastikan power kamera menyala (LED infra merah aktif).
Cek ulang konektor BNC, apakah kendor atau belum terkunci.
Pastikan input kabel masuk ke port channel yang benar.
🧠 Tips teknisi:
Untuk memudahkan uji coba, pasang kamera satu per satu dan nyalakan DVR. Dengan begitu kamu tahu kabel mana yang bermasalah tanpa harus bongkar semua.
7. Rapikan Jalur Kabel
Setelah semua kamera aktif:
Gunakan cable clip atau duct kabel untuk menempel kabel di dinding dengan rapi.
Pastikan tidak ada kabel yang menggantung atau melintang di jalan orang lewat.
Jika kabel melewati area luar ruangan, gunakan pipa pelindung PVC ½ inch agar tidak mudah rusak karena panas matahari.
Simpan sisa panjang kabel di belakang DVR dalam bentuk gulungan kecil (jangan terlalu kencang supaya tidak menekan serabut dalam).
8. Uji Gambar & Sudut Pandang
Buka tampilan setiap kamera di monitor.
Pastikan semua area penting terlihat jelas dan tidak ada yang terpotong.
Jika sudut masih kurang pas, longgarkan baut kamera dan sesuaikan arah pandang.
Perhatikan pencahayaan — jika terlalu gelap, aktifkan mode IR otomatis pada malam hari.
Catat posisi setiap channel kamera untuk memudahkan setting berikutnya.
🧠 Tips teknisi:
Gunakan fitur zoom digital di monitor untuk memastikan fokus kamera sudah tajam. Kamera analog biasanya tidak punya fokus manual, tapi bisa diatur dengan memutar lensa sedikit (jika model varifokal).
Sampai di sini kamu sudah menyelesaikan tahap besar kedua:
✅ Semua kamera terpasang fisik dengan aman
✅ Jalur kabel video & power rapi
✅ DVR sudah menerima sinyal video dari semua kamera
⚙️ Bagian 5: Setting DVR / NVR dan Konfigurasi Perekaman
Setelah semua kamera aktif dan tampil di monitor, sekarang waktunya mengatur sistem DVR (Digital Video Recorder) atau NVR (Network Video Recorder) agar bisa merekam otomatis, menyimpan data dengan benar, dan mudah diakses dari HP.
1. Nyalakan DVR dan Login Awal
Begitu DVR dinyalakan, layar monitor akan menampilkan tampilan utama (Live View) dengan 4, 8, atau 16 kotak sesuai jumlah channel.
Biasanya DVR akan meminta login admin pertama kali.
Langkah-langkah login awal:
Gunakan mouse USB yang sudah terhubung ke DVR.
Klik kanan di layar → pilih Main Menu.
Masukkan username admin dan password default bawaan pabrik (biasanya:
12345
,admin123
, atau kosong).Setelah berhasil login, aktifkan fitur keamanan baru (buat password sendiri yang kuat).
🧠 Tips teknisi:
Gunakan kombinasi angka dan huruf seperti BagusCCTV2025
agar tidak mudah ditebak.
2. Setting Bahasa, Waktu, dan Zona
Masuk ke menu utama:
Main Menu → System → General / Time Setting
Lakukan pengaturan berikut:
Language: pilih “Bahasa Indonesia” (jika tersedia).
Date Format: ubah ke
DD/MM/YYYY
.Time Format: pilih
24 Jam
.Time Zone: pilih
GMT +07:00
(WIB, untuk Indonesia).NTP (Network Time Protocol): aktifkan agar DVR otomatis menyesuaikan waktu dengan server internet.
Klik Apply untuk menyimpan.
🧠 Tips teknisi:
Waktu dan tanggal yang salah akan membuat hasil rekaman sulit dicari, terutama jika dibutuhkan untuk bukti kejadian.
3. Setting Resolusi Tampilan Monitor
Masuk ke:
Main Menu → Display → Resolution
Pilih resolusi sesuai monitor:
Untuk monitor kecil (17–19 inch): pilih
1280×720
.Untuk monitor besar atau TV HDMI: pilih
1920×1080
.
Jika layar tiba-tiba blank setelah ubah resolusi, tunggu ±15 detik. DVR biasanya otomatis kembali ke tampilan sebelumnya.
4. Cek dan Format Harddisk (HDD)
Pastikan harddisk internal DVR terdeteksi dengan benar.
Masuk ke:
Main Menu → Storage → HDD Management
Lihat daftar HDD di menu.
Jika status tertulis “Uninitialized”, berarti HDD belum diformat.
Klik Format / Initialize dan tunggu proses selesai.
Setelah format berhasil, status berubah menjadi Normal (Recording).
🧠 Tips teknisi:
Gunakan HDD khusus CCTV (misalnya 1TB / 2TB Surveillance Drive) karena HDD biasa cepat panas dan rusak saat merekam 24 jam nonstop.
5. Setting Mode Rekaman (Recording Mode)
Masuk ke:
Main Menu → Record → Schedule
Tentukan cara sistem merekam video:
Continuous (Terus-menerus): DVR merekam 24 jam tanpa henti.
Motion Detection (Gerakan): DVR hanya merekam jika ada pergerakan di area kamera (hemat kapasitas HDD).
Manual: DVR hanya merekam saat kamu menekan tombol record.
Untuk keamanan rumah, sebaiknya pilih:
Mode: Motion Detection
Schedule: 24 jam, 7 hari
Langkah:
Pilih channel kamera (CH1, CH2, dst).
Klik kotak waktu → pilih mode Motion.
Copy setting ke semua channel dengan tombol “Copy to All.”
Klik Apply → Save.
🧠 Tips teknisi:
Untuk area seperti pintu depan atau garasi, aktifkan motion detection; sedangkan untuk area gudang, bisa pakai continuous recording agar tidak ada celah waktu kosong.
6. Setting Sensitivitas Deteksi Gerakan
Masuk ke:
Main Menu → Record → Motion Detection
Pilih channel kamera.
Klik Enable Motion Detection.
Atur sensitivitas gerakan ke level 3–4 dari 5 (agar tidak terlalu sensitif terhadap angin atau bayangan).
Klik tombol “Area” untuk menentukan area deteksi — kamu bisa hapus area yang tidak penting (misal pohon bergerak).
Klik Apply → Save.
🧠 Tips teknisi:
Tes fitur ini dengan berjalan di depan kamera. Jika DVR berbunyi atau muncul kotak merah di layar, artinya motion detection berfungsi.
7. Setting Rekaman Otomatis Saat Nyala
Masuk ke:
Main Menu → Record → Basic
Pastikan semua opsi berikut aktif:
Enable Main Stream Recording: ✅
Enable Sub Stream Recording: ✅
Audio Recording: ✅ (jika kamera mendukung suara)
Klik Apply → Save.
Sekarang DVR akan otomatis merekam setiap kali dinyalakan.
8. Cek Hasil Rekaman (Playback)
Untuk memastikan hasil rekaman tersimpan dengan benar:
Klik kanan di layar utama → pilih Playback.
Pilih tanggal dan channel kamera yang ingin dilihat.
Tekan Search / Play.
Gunakan tombol “Fast Forward (>>)” untuk mempercepat, dan “Pause” untuk berhenti.
Jika hasil video bisa diputar lancar, berarti konfigurasi rekaman sudah sukses.
🧠 Tips teknisi:
Gunakan flashdisk untuk backup video:
Masuk ke Backup → Pilih tanggal → Pilih channel → Export ke USB.
9. Setting Otomatis Hapus Rekaman Lama
Agar HDD tidak penuh:
Masuk ke:
Main Menu → Storage → HDD Management → Overwrite
Aktifkan opsi “Overwrite when full”
Artinya, DVR otomatis menghapus rekaman lama saat kapasitas penuh.
Biasanya HDD 1TB bisa menampung rekaman 4 kamera selama ±10–15 hari tergantung resolusi.
10. Setting Nama Channel Kamera
Supaya mudah diidentifikasi:
Masuk ke:
Main Menu → Display → Channel Name
Ubah nama channel misalnya:
CH1 → Pintu Depan
CH2 → Gudang
CH3 → Kasir
CH4 → Parkiran
Klik Apply → Save.
Nama channel akan tampil langsung di layar live view.
11. Setting Kualitas Rekaman (Resolution & Bitrate)
Masuk ke:
Main Menu → Record → Encode
Untuk tiap channel, ubah:
Resolution: 1080p (Full HD)
Frame Rate: 25 fps
Bitrate: 2048–3072 kbps
Video Quality: High
Klik Copy to All → Apply.
🧠 Tips teknisi:
Resolusi tinggi memberikan gambar tajam tapi cepat memenuhi HDD.
Jika ingin hemat penyimpanan, turunkan bitrate ke 2048 kbps.
12. Tes Final dan Simulasi Rekaman
Gerakkan tangan di depan kamera → pastikan ikon “REC” muncul di layar.
Tunggu 2–3 menit, lalu buka menu Playback untuk memastikan hasilnya tersimpan.
Putar ulang video dan cek waktu serta tanggal rekaman.
Pastikan semua kamera bisa merekam tanpa jeda.
Sampai di sini kamu sudah menyelesaikan konfigurasi utama DVR/NVR:
✅ DVR aktif dan tersambung ke semua kamera
✅ Waktu, tanggal, dan zona sudah tepat
✅ HDD siap pakai
✅ Rekaman berjalan otomatis
✅ Hasil playback bisa diputar dengan baik
🧪 6. Uji Coba CCTV dan Troubleshooting Lapangan
Setelah semua kamera, kabel, dan konektor terpasang, langkah berikutnya adalah melakukan pengujian dan pengecekan fungsi sistem CCTV. Tujuannya untuk memastikan semua perangkat berfungsi normal sebelum sistem diserahkan atau dipasang permanen.
🔌 Langkah 1: Cek Daya dan Polaritas Power Supply
Siapkan multimeter digital atau analog.
Ukur tegangan dari adaptor CCTV (biasanya DC 12V).
Tempelkan probe merah ke positif (+) dan hitam ke negatif (–).
Pastikan hasil pembacaan berada di kisaran 12.0 – 12.5 Volt DC.
Bila tegangan di bawah 11.5V, cek konektor DC dan kabel power — mungkin longgar atau terlalu panjang sehingga menyebabkan drop voltage.
Gunakan kabel power maksimal 20 meter untuk 2A adaptor per kamera, atau gunakan power supply central 10A–20A untuk sistem multi kamera.
📺 Langkah 2: Nyalakan DVR dan Monitor
Colokkan kabel power DVR dan monitor ke stop kontak yang sama agar ground stabil.
Pastikan indikator power DVR menyala (biasanya warna merah atau biru).
Perhatikan layar monitor:
Jika muncul tampilan “No Signal”, periksa jalur BNC dari kamera ke DVR.
Jika tampilan muncul tapi gambar bersemut atau rolling, kemungkinan inti coaxial tidak tersambung sempurna atau ground menempel pada core.
Cabut satu per satu kabel kamera untuk memastikan setiap channel DVR berfungsi.
🧲 Langkah 3: Cek Gambar dari Setiap Kamera
Masuk ke menu DVR, lalu buka live view.
Pastikan setiap kamera menampilkan gambar jernih dan stabil.
Jika salah satu kamera tidak muncul:
Cek konektor BNC di sisi kamera dan DVR.
Periksa apakah konektor power DC longgar.
Coba tukar port input DVR (untuk memastikan bukan port DVR yang rusak).
Untuk kamera infrared (IR), tutup lensa kamera dengan tangan — jika lampu IR menyala merah samar, berarti IR bekerja normal.
📡 Langkah 4: Uji Kualitas Gambar dan Sudut Pandang
Gunakan tangga aluminium atau tripod untuk menaikkan posisi kamera sesuai area pantauan.
Pastikan angle kamera mencakup area penting (pintu, jalan, kasir, parkiran, dsb.).
Jika kamera terlalu tinggi, hindari sudut miring berlebihan agar wajah orang tetap terlihat jelas.
Pastikan gambar tidak terlalu gelap atau silau — sesuaikan exposure dan brightness dari menu DVR.
Gunakan monitor 1080p atau lebih tinggi untuk melihat hasil asli kamera HD.
⚙️ Langkah 5: Tes Penyimpanan di Harddisk DVR
Masuk ke menu Storage → HDD Info pada DVR.
Pastikan status harddisk “Normal” atau “Active”.
Rekam video 1–2 menit, lalu buka menu Playback untuk memastikan hasil rekaman tersimpan dengan baik.
Jika muncul error “No HDD” atau “Disk Not Found”:
Matikan DVR.
Lepas dan pasang ulang kabel SATA dan power HDD.
Nyalakan kembali dan lakukan format HDD dari menu DVR
💡 Baca juga: Cara Setting CCTV Dahua ke HP: Panduan Lengkap
Di sana dibahas cara menghubungkan DVR ke internet, scan QR Code di aplikasi HP, dan memastikan live view bisa tampil dari luar jaringan rumah.
🧰 Langkah 7: Troubleshooting Umum di Lapangan
Gejala | Penyebab Umum | Solusi |
---|---|---|
Gambar CCTV gelap | Kamera tidak dapat daya / IR rusak | Cek konektor DC dan adaptor |
Gambar berkedip / bergaris | Grounding tidak stabil atau interferensi listrik | Gunakan kabel coaxial RG6 berkualitas, jauhkan dari kabel listrik |
Tidak ada tampilan di satu channel | Port DVR rusak / kabel putus | Ganti port atau uji kabel baru |
Kamera panas berlebihan | Arus adaptor terlalu tinggi / voltase drop | Gunakan adaptor sesuai spesifikasi (12V 2A per kamera) |
DVR restart sendiri | Overheating atau harddisk error | Bersihkan kipas DVR, cek HDD, ganti bila perlu |
💡 Baca juga: Penyebab CCTV Offline dan Solusinya
✅ Langkah 8: Finalisasi Instalasi
Setelah semua kamera berfungsi, rapikan jalur kabel dengan duct kabel atau pipa PVC.
Labeli setiap kabel di sisi DVR (misal: CAM1 – Depan, CAM2 – Belakang, dst.).
Tutup konektor dengan selotip hitam tahan panas untuk mencegah karat dan lembap.
Simpan cadangan foto instalasi dan konfigurasi DVR untuk dokumentasi.
🧹 7. Penutup dan Tips Perawatan CCTV
Setelah sistem CCTV berhasil dipasang dan diuji, tahap terakhir yang tidak kalah penting adalah perawatan rutin. Perawatan yang baik akan membuat kamera tetap jernih, sistem stabil, dan rekaman tersimpan dengan aman selama bertahun-tahun.
🧽 1. Bersihkan Lensa Kamera Secara Berkala
Gunakan lap mikrofiber lembut (jangan tisu biasa karena bisa menggores).
Semprotkan sedikit cairan pembersih kaca non-alkohol.
Lap bagian kaca depan kamera (dome atau bullet) hingga bening.
Hindari membuka casing kamera tanpa keperluan karena bisa merusak karet pelindung atau menyebabkan embun.
🕓 Interval ideal: setiap 2–3 bulan sekali untuk area indoor, 1 bulan sekali untuk outdoor.
⚡ 2. Periksa Tegangan dan Konektor Power
Gunakan multimeter untuk memastikan tegangan tetap 12V DC stabil.
Cek konektor DC di kamera — jika mulai kendor atau berkarat, segera ganti.
Untuk sistem yang memakai power supply central, periksa kipas pendingin agar tidak macet.
Gunakan stabilizer atau UPS kecil (650VA) untuk melindungi sistem dari tegangan drop saat listrik padam.
💾 3. Pantau Kapasitas Harddisk DVR
Masuk ke menu Storage / HDD Info setiap bulan.
Jika harddisk sering penuh dan menimpa rekaman terlalu cepat, tambahkan HDD berkapasitas lebih besar (2TB–4TB).
Gunakan HDD khusus CCTV (Surveillance Grade) seperti Western Purple atau Seagate Skyhawk — jangan HDD PC biasa.
Lakukan format ulang HDD setiap 6 bulan untuk menjaga performa perekaman.
🌧️ 4. Lindungi Konektor dari Air dan Debu
Pada instalasi luar ruangan, tutup sambungan BNC dan DC menggunakan isolasi tahan air (3M Scotch Super 33+) atau heat shrink tubing.
Pastikan kabel tidak melengkung ke atas yang bisa menyebabkan air menetes ke konektor.
Jika memungkinkan, gunakan kotak junction box plastik untuk setiap sambungan di luar ruangan.
🧠 5. Backup dan Update Pengaturan DVR
Simpan backup konfigurasi DVR (file .cfg) di flashdisk atau laptop.
Bila DVR mendukung koneksi internet, aktifkan fitur auto update firmware.
Gunakan password yang kuat (gabungan huruf besar, kecil, angka).
Hindari menggunakan password default seperti
admin123
atau888888
.Cek jam sistem DVR — pastikan sinkron dengan waktu sebenarnya agar rekaman tidak meleset.
📲 6. Cek Akses Jarak Jauh di Aplikasi HP
Pastikan koneksi internet di DVR stabil dan tidak berubah IP publiknya.
Jika gambar di HP sering “Loading…” atau hilang, cek:
Kabel LAN longgar.
Port forwarding router (jika pakai IP statis).
Aplikasi perlu update (misal: EZVIZ, XMEye, Hik-Connect).
Lakukan uji akses dari jaringan luar (4G/5G) untuk memastikan sistem benar-benar bisa diakses dari mana pun.
🧯 7. Cegah Gangguan dan Kerusakan Fisik
Hindari menumpuk DVR di ruang tertutup tanpa ventilasi. Suhu ideal 20–35°C.
Pasang stop kontak khusus CCTV agar tidak campur dengan alat berdaya tinggi (kipas angin, setrika, pompa air).
Jika terjadi petir atau lonjakan arus, cabut adaptor dan kabel LAN untuk menghindari kerusakan port DVR.
Untuk area dengan banyak tikus, gunakan spiral besi pelindung kabel atau pipa conduit PVC.
🧾 8. Catat Log Servis dan Pemeriksaan
Buat tabel sederhana di buku catatan atau Excel dengan kolom:
Tanggal | Lokasi Kamera | Hasil Pengecekan | Tindakan |
---|---|---|---|
05/10/2025 | Toko Depan | Gambar kabur, konektor longgar | Crimp ulang konektor BNC |
06/10/2025 | Gudang | Normal | — |
Ini penting untuk tracking performa kamera dan konektor, terutama untuk sistem dengan lebih dari 4 kamera.
🧩 9. Kesimpulan Akhir
Memasang CCTV sendiri tidak sulit, asalkan mengikuti prosedur teknis dengan teliti:
Gunakan alat dan bahan yang tepat.
Pastikan setiap sambungan kuat dan rapi.
Cek tegangan dan gambar satu per satu sebelum final.
Dengan mengikuti panduan di atas, kamu bisa memasang sistem CCTV yang profesional, awet, dan stabil tanpa harus memanggil teknisi setiap kali ada masalah kecil.
Recent Post
-
Cara Pasang dan Setting CCTV Sendiri Mudah
-
Cara Atasi CCTV EZVIZ Perangkat Terkunci
-
Cara Mengatasi CCTV Offline di HP
-
Penyebab CCTV Offline dan Solusinya
-
Pasang CCTV Murah Berkualitas & Bergaransi
-
Biaya Pasang CCTV Per Titik 2025
-
Pasang CCTV Gading Serpong Bergaransi
-
Harga Paket CCTV Murah Tangerang 2025 – Berkualitas & Bergaransi
-
CCTV Gading Serpong untuk Rumah & Ruko
-
CCTV Buram? Ketahui Penyebab dan Solusi Ampuhnya